Selasa, 06 Mei 2014

Kraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta tidak hanya menjadi tempat tinggal raja, namun juga menjadi penjaga nyala kebudayaan Jawa. Di tempat ini Anda dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya tetap dilestarikan di tengah laju perkembangan dunia.

KRATON YOGYAKARTA
Museum Hidup Kebudayaan Jawa dan Tempat Tinggal Raja Jogja

Lonceng Kyai Brajanala berdentang beberapa kali, suaranya tidak hanya memenuhi Regol Keben namun terdengar hingga Siti Hinggil dan Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta. Sedangkan di Sri Manganti terdengar lantunan tembang dalam Bahasa Jawa Kuna yang didendangkan oleh seorang abdi dalem. Sebuah kitab tua, sesaji, lentera, dan gamelan terhampar di depannya. Beberapa wisatawan mancanegara tampak khusyuk mendengarkan tembang macapat, sesekali mereka terlihat menekan tombol shutter untuk mengambil gambar. Meski tidak tahu arti tembang tersebut, saya turut duduk di deretan depan. Suara tembang jawa yang mengalun pelan bercampur dengan wangi bunga dan asap dupa, menciptakan suasana magi yang melenakan. Di sisi kanan nampak 4 orang abdi dalem lain yang bersiap untuk bergantian nembang. Di luar pendopo, burung-burung berkicau dengan riuh sambil terbang dari pucuk pohon sawo kecik yang banyak tumbuh di kompleks Kraton Yogyakarta kemudian hinggap di atas rerumputan.
Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.
Mengunjungi Kraton Yogyakarta akan memberikan pengalaman yang berharga sekaligus mengesankan. Kraton yang menjadi pusat dari garis imajiner yang menghubungakn Pantai Parangtritis dan Gunung Merapi ini memiliki 2 loket masuk, yang pertama di Tepas Keprajuritan (depan Alun-alun Utara) dan di Tepas Pariwisata (Regol Keben). Jika masuk dari Tepas Keprajuritan maka wisatawan hanya bisa memasuki Bangsal Pagelaran dan Siti Hinggil serta melihat koleksi beberapa kereta kraton sedangkan jika masuk dari Tepas Pariwisata maka Anda bisa memasuki Kompleks Sri Manganti dan Kedhaton di mana terdapat Bangsal Kencono yang menjadi balairung utama kerajaan. Jarak antara pintu loket pertama dan kedua tidaklah jauh, wisatawan cukup menyusuri Jalan Rotowijayan dengan jalan kaki atau naik becak.
Ada banyak hal yang bisa disaksikan di Kraton Yogyakarta, mulai dari aktivitas abdi dalem yang sedang melakukan tugasnya atau melihat koleksi barang-barang Kraton. Koleksi yang disimpan dalam kotak kaca yang tersebar di berbagai ruangan tersebut mulai dari keramik dan barang pecah belah, senjata, foto, miniatur dan replika, hingga aneka jenis batik beserta deorama proses pembuatannya. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan seni dengan jadwal berbeda-beda setiap harinya. Pertunjukan tersebut mulai dari macapat, wayang golek, wayang kulit, dan tari-tarian. Untuk menikmati pertunjukkan seni wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Jika datang pada hari selasa wage, Anda bisa menyaksikan lomba jemparingan atau panahan gaya Mataraman di Kemandhungan Kidul. Jemparingan ini dilaksanakan dalam rangka tinggalan dalem Sri Sultan HB X. Keunikan dari jemparingan ini adalah setiap peserta wajib mengenakan busana tradisional Jawa dan memanah dengan posisi duduk.
Usai menikmati pertunjukan macapat, YogYES pun beranjak mengitari kompleks kraton dan masuk ke Museum Batik yang diresmikan oleh Sri Sultan HB X pada tahun 2005. Koleksi museum ini cukup beragam mulai dari aneka kain batik hingga peralatan membatik dari masa HB VIII hingga HB X. Selain itu di museum ini juga disimpan beberapa koleksi hadiah dari sejumlah pengusaha batik di Jogja maupun daerah lain. Saat sedang menikmati koleksi museum, pandangan YogYES tertuju pada salah satu sumur tua yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono VIII. Di atas sumur yang telah ditutup menggunakan kasa alumunium tersebut terdapat tulisan yang melarang pengunjung memasukkan uang. Penasaran dengan maksud kalimat tersebut YogYES pun mendekat dan melihat ke dalam sumur, ternyata di dasar sumur terdapat kepingan uang logam dan uang kertas yang berhamburan.
Puas berjalan mengitari Kraton Yogyakarta, YogYES pun melangkahkan kaki keluar regol dengan hati riang. Dalam perjalanan menuju tempat parkir, terlihat sebuah papan nama yang menawarkan kelas belajar nembang / macapat, menulis dan membaca huruf jawa, menari klasik, serta belajar mendalang. Rupanya di Kompleks Kraton Yogyakarta ada beberapa tempat kursus atau tempat belajar budaya serta kesenian Jawa. YogYES pun berjanji dalam hati, suatu saat akan kembali untuk belajar mengeja dan menulis huruf hanacaraka maupun belajar menari.
Jam Buka: 08.00 - 14.00 WIB

Ratu Boko

Istana Ratu Boko adalah kompleks istana megah yang dibangun pada abad ke-8. Bangunan yang bisa dikatakan termegah di jamannya itu dibangun oleh salah satu kerabat pendiri Borobudur.

Istana Ratu Boko, Kemegahan di Bukit Penuh Kedamaian

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.
Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.
Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. YogYES menyarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.
Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.
Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang terindah di bumi."

Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi.

Pantai Sundak



Pantai Sundak merupakan sebuah pantai yang terletak di desa sidoharjo, kecamatan tepus, kabupaten gunungkidul. Pantai ini berjajaran dengan pantai Baron, krakal, Kukup, Drini dan Sepanjang.

Lembaran pasir putih yang terhampar di sepanjang bibir pantai, menunggu kecup mesra sang Ombak yang berlarian memendam rindu yang teramat dalam, memberikan kenyamanan mata yang memandang. Semilir angin membelai dedaunan melambai di ujung dahan-dahan yang tumbuh mengitari pantai menyejukkan hati para pencari kedamaian.

Hamaparan bibir panatai bergincu karang-karang mungil tempat bermain biota laut yang mengesankan. Karang yang berdiri kokoh seolah-olah menjaga Pantai Sundak nan kokoh dan pemberani. Pembuktian kapur di latar belakang pantai yang menjulang menambah keelokan pertemuan laut dan daratan pesisir selatan pulau Jawa.

Menurut para pendahulu, nama Sundak berasal dari pertarungan antara ASU(anjing) dan LANDAK. Dimana pertarungan itu meninggalkan jejak bagi penduduk sekitar akan adanya sebuah gua dengan sumber air tawar di dalamnya.

Hal Menarik di Pantai ini :
Pasir yang bersih dan Putih
Birunya air laut yang memanjakan mata
Bukit karang yang menjulang tinggi
Fasilitas lengkap termasuk prasarana jalan yang mulus
Ada hiburan karawitan bagi para pengunjun

TAMAN SARI


Taman Sari Yogyakarta atau disebut juga Taman Sari Keraton Yogyakarta yang merupakan bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta. Taman Sari ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Bangunannya yang berbentuk gedung serta didalamnya terdapat kolam pemandian.

Taman Sari memiliki keindahan yang berbeda dengan yang lainnya, dimana terdapat lorong-lorong, bangunannya yang tua serta temboknya yang tebal memberi perbedaan dengan yang lain. Dimana bangunan tersebut ornamen bergaya campuran antara Eropa, Hindu, Jawa, dan China. Banyak para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berdatangan di tempat tersebut.

Salah satu pesona utama di kompleks Keraton Jogja adalah Tamansari. Kecantikan dan suasana ala kehidupan puteri keraton sangat memukau. Banyak pasangan muda-mudi mengabadikan diri di sini untuk sekedar merekam masa indahnya mereka.  Tak jarang pula calon pasangan memanfaatkan aura romantis Tamansari sebagai lokasi sesi foto pre-wedding.


Meski berada tepat di pusat kota, lokasi Tamansari tersembunyi di tengah perkampungan padat. Objek wisata ini berada cuma sepelemparan batu komplek Keraton Yogyakarta, tepatnya arah barat daya dari halaman Kemandungan Selatan (Magangan). Bersebelahan dengan pasar Ngasem, Tamansari secara administratif berada di kampung Taman, Kecamatan Kraton.

Pantai Indrayant



Pantai Indrayanti adalah pantai yang terletak di desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pantai ini pasirnya yang putih, terdapat bukit karang serta airnya yang biru jernih membuat para wisatawan ingin menceburkan diri diri kedalamnya. Pantai Indrayanti juga terdapat restoran, cafe, serta deretan penginapan. Berbagai menu makanan di hidangkan mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng dan semacam lainnya. Gazebo-gazebo yang berada di pinggir pantai menambah nilai keindahan di pantai tersebut apalagi diwaktu malam hari dengan diterangi kerlip sinar lampu semakin menambah keindahannya. Menikmati  makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupakan.


Hal Menarik di Pantai ini :
Pasir yang bersih dan Putih
Birunya air laut yang memanjakan mata
Fasilitas lengkap termasuk prasarana jalan yang mulus
Hotel dipinggir pantai
Ada hiburan karawitan bagi para pengunjung
Ada life guard atau petugas yang bertugas menjaga dan menolong ketika ada pengunjung yang tenggelam

Saran ketika di pantai :
Jika berenang jangan  terlalu jauh dari bibir pantai dan jangan melanggar tata tertib yang ada ketika menceburkan diri.

Pantai Indrayanti adalah pantai yang terletak di desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pantai ini pasirnya yang putih, terdapat bukit karang serta airnya yang biru jernih membuat para wisatawan ingin menceburkan diri diri kedalamnya. Pantai Indrayanti juga terdapat restoran, cafe, serta deretan penginapan. Berbagai menu makanan di hidangkan mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng dan semacam lainnya. Gazebo-gazebo yang berada di pinggir pantai menambah nilai keindahan di pantai tersebut apalagi diwaktu malam hari dengan diterangi kerlip sinar lampu semakin menambah keindahannya. Menikmati  makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupakan.

Biaya Masuk :
Hari libur atau besar : Rp 5000,00 per orang
Hari biasa : Rp 4000,00 per orang
Hal Menarik di Pantai ini :
Pasir yang bersih dan Putih
Birunya air laut yang memanjakan mata
Fasilitas lengkap termasuk prasarana jalan yang mulus
Hotel dipinggir pantai
Ada hiburan karawitan bagi para pengunjung
Ada life guard atau petugas yang bertugas menjaga dan menolong ketika ada pengunjung yang tenggelam
Saran ketika di pantai :
Jika berenang jangan  terlalu jauh dari bibir pantai dan jangan melanggar tata tertib yang ada ketika menceburkan diri.
- See more at: http://wisatakotapelajar.blogspot.com/2013/03/pantai-indrayanti.html#sthash.WNWU89uQ.dpuf
Pantai Indrayanti adalah pantai yang terletak di desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pantai ini pasirnya yang putih, terdapat bukit karang serta airnya yang biru jernih membuat para wisatawan ingin menceburkan diri diri kedalamnya. Pantai Indrayanti juga terdapat restoran, cafe, serta deretan penginapan. Berbagai menu makanan di hidangkan mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng dan semacam lainnya. Gazebo-gazebo yang berada di pinggir pantai menambah nilai keindahan di pantai tersebut apalagi diwaktu malam hari dengan diterangi kerlip sinar lampu semakin menambah keindahannya. Menikmati  makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupakan.

Biaya Masuk :
Hari libur atau besar : Rp 5000,00 per orang
Hari biasa : Rp 4000,00 per orang
Hal Menarik di Pantai ini :
Pasir yang bersih dan Putih
Birunya air laut yang memanjakan mata
Fasilitas lengkap termasuk prasarana jalan yang mulus
Hotel dipinggir pantai
Ada hiburan karawitan bagi para pengunjung
Ada life guard atau petugas yang bertugas menjaga dan menolong ketika ada pengunjung yang tenggelam
Saran ketika di pantai :
Jika berenang jangan  terlalu jauh dari bibir pantai dan jangan melanggar tata tertib yang ada ketika menceburkan diri.
- See more at: http://wisatakotapelajar.blogspot.com/2013/03/pantai-indrayanti.html#sthash.WNWU89uQ.dpuf

Gembira Loka Zoo




Kebun Binatang Gembira Loka adalah kebun binatang yang berada di Yogyakarta tepatnya di Jl. Kebun Raya No.2 Yogyakarta 55171. Berisi berbagai macam spesies dari belahan dunia, seperti Orangutan, Gajah Asia, Simpanse, Harimau, dan lain sebagainya. Kebun Binatang Gembira Loka menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan Yogyakarta. Gembira Loka Zoo sempat rusak parah akibat gempa bumi yang mengguncang kota Yogyakarta tahun 2004. Tetapi, setelah direnovasi Kebun Binatang Gembira Loka tetap dicari para wisatawan.



Satwa yang cukup lengkap bisa menambah pengetahuan lebih bagi anak-anak untk mengetahui dan mencintai satwa yang ada di dunia. Berbagai spesies yang berada di kebun binatang Gembira Loka seperti Gajah Sumatra, Harimau Sumatra, Kuda Nil, Unta, Simpanse, Orangutan, Wallaby, Singa, Buaya Muara, Berbagai Macam Ikan, Bebagai Macam Katak, Trenggiling, Berbagai Macam Burung, dll.

Fasilitas :
Sepeda Air
Kolam Tangkap
Terapi Ikan
Perahu Engkol
Kereta Mini
Kapal Katamaran "Dugong"
Mayang Tirta
Toilet bersih
Free Wi-Fi Zone
ATV dan Arena Sepeda
Reptile and Amphibian Park
Laboraturium Gembira Loka (Museum)
Tempat sampah dan pohon rimbun untuk berteduh

Jam buka : 09.00 - 18.00

Benteng Vredeburg



Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia. Dimana benteng ini  erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1765 benteng ini dibangun oleh Pemerintah Belanda digunakan untuk menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di ke-empat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Namun pada saat ini bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum


     Perpustakaan
     Ruang Pertunjukan
     Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan dan Pertemuan Audio Visual & Ruang Belajar Kelompok Layanan  Internet dan Hotspot gratis
     Pemandu
     Ruang Tamu
     Mushola
     Kamar mandi
     Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis,  mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
     Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru

JAM BUKA
Selasa - Jumat : 08.00 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu : 08.00 - 17.00 WIB
Hari Senin dan hari libur nasional, tutup.
Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia. Dimana benteng ini  erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1765 benteng ini dibangun oleh Pemerintah Belanda digunakan untuk menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di ke-empat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Namun pada saat ini bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum


     Perpustakaan
     Ruang Pertunjukan
     Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan dan Pertemuan Audio Visual & Ruang Belajar Kelompok Layanan  Internet dan Hotspot gratis
     Pemandu
     Ruang Tamu
     Mushola
     Kamar mandi
     Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis,  mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
     Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru

JAM BUKA
Selasa - Jumat : 08.00 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu : 08.00 - 17.00 WIB
Hari Senin dan hari libur nasional, tutup.Museum Benteng Vredeburg
 adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia. Dimana benteng ini 
 erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1765 benteng ini dibangun oleh Pemerintah Belanda digunakan untuk menahan serangan dari Kraton YogyakartaDengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di ke-empat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Namun pada saat ini bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum
- See more at: http://wisatakotapelajar.blogspot.com/2013/03/benteng-vredeburg.html#sthash.L0XsjpQH.dpuf
Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia. Dimana benteng ini  erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1765 benteng ini dibangun oleh Pemerintah Belanda digunakan untuk menahan serangan dari Kraton YogyakartaDengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di ke-empat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Namun pada saat ini bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum
- See more at: http://wisatakotapelajar.blogspot.com/2013/03/benteng-vredeburg.html#sthash.L0XsjpQH.dpuf