Senin, 13 Oktober 2014
Pasar Burung Jl.Pramuka
Memelihara binatang peliharaan seperti burung tidaklah mudah. Selain harus diberi makanan yang bergizi, kebersihan dan kenyamanan kandang juga sangat mendukung kelangsungan hidup si burung itu.
Selain makanan bergizi, burung-burung itu juga harus mendapatkan vitamin yang diberikan secara rutin. Saran itu diberikan oleh seorang pedagang burung yang berada di kawasan Jalan Barito I, Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran, Jakarta Selatan kepada mereka yang hobi memelihara burung.
Selain di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, pasar burung juga terdapat di Jalan Barito, sekitar 100 meter dari kawasan perbelanjaan Blok M, Jakarta Selatan. Di pasar yang terletak di sisi Jalan Barito, berbagai macam burung seperti nuri, kakatua, dan kukang (Nyctynus cucang), dipajang dan ditawarkan kepada setiap orang yang lewat.
Salah satu kios yang menjual berbagai satwa adalah kios Haji Saali. Kios Haji Saali tidak hanya menjual burung, tetapi hewan lain seperti biawak, ular, kus-kus, kera, muara batu, iguana, dan ayam berkisar. Untuk jenis burung, Haji Saali juga menjual burung yang berasal dari Hongkong yang diberi nama Jalak, dan burung yang berasal dari Cina, yang diberi nama Wambi.
Menurut Haji Saali (54), yang puluhan tahun menjalani usaha jual beli satwa dikawasan ini, pasar ini tidak pernah sepi dari para pengemar burung ataupun satwa langka. Dulu sebelum pasar burung di Barito ini dibangun, Haji Saali menjual burung di kawasan Jalan Pramuka, Jakarta Timur, dengan cara berkeliling pasar dengan menggunakan gerobak.
Kebanyakan para pembeli, mencari burung seperti kakak tua hitam, carawa, cendrawasi, namun menurut Haji Saali, satwa tersebut sekarang ini sudah dilindungi dan tidak diperjual belikan.
Pasar burung dan satwa langka yang dijual belikan di Jalan Barito ini, dibangun pada tahun 1980, dengan izin dari Gubernur DKI. Namun dengan syarat, para pedagang harus selalu membersihkan kotoran dan menjaga keamanan lingkungan pasar. Pasar burung di Jalan Barito ini juga sudah terkenal sampai ke luar negeri. Banyak orang asing mencari satwa langka yang dijual di pasar ini.
Harga burung-burung yang dijual belikan ini pun sangat bervariasi. Mulai dari yang paling murah yakni 5000 rupiah hingga 20 juta. Hal ini tergantung dari kicauan, warna dan keunikan burung itu sendiri.
Memang satwa liar yang paling banyak diperdagangkan di masyarakat adalah jenis primata dan burung. Mungkin hal ini disebabkan bentuknya yang lucu dan menggemaskan, sehingga banyak orang yang ingin memelihara satwa-satwa itu," tambah Haji Saali.
Ketika ditanya mengenai penyebaran virus flu burung, Haji Saali mengatakan bahwa tidak ada pengaruh pada binatang-binatang yang dijual belikan. Kalau ada yang mati atau sakit pada binatangnya adalah wajar karena sudah tua atau sakit biasa. Tapi menurutnya, bila ada binatang yang sakit, sudah ada dokter khusus dan pengobatannya pun tidak dipungut biaya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar