Senin, 13 Oktober 2014

Taman Anggrek Ina Permai

Di saat orang orang sibuk menyembelih hewan Qurban, aku malah memilih berkorban panas-panasan gara-gara kurang kerjaan. Ide dadakan jalan-jalan tapi nggak jauh dari rumah tercetus dengan spontan.
Pagi itu sambil santai aku bilang ke El, “Ehh kapan kapan ke Taman Anggrek yuk? Pengen motret motret”, Ujarku sambil main game ‘Bakery Story’.
El yang lagi ngubek ngubek laptop menjawab sambil lalu, “Kenapa nggak sekarang aja? mumpung gak ada acara nih”.
Aku malah kaget, kok niatan itu bisa disambut secepat itu, “Ohhh ya udah tapi jam 12an aja ya?!”, Sahutku agak ragu-ragu alias plin plan.
*****
Dan akhirnya kita berdua menuju ke Taman Anggrek Indonesia Permai. Letaknya tepat di sebelah TAMINI SQUARE atau di depan kantor Jasa Marga. Asli Jakarta panas banget tapi jalanan nggak terlalu padat lantaran long weekend, semua orang kabur ke luar kota.
Walau memakai nama Taman Mini namun sebenarnya TAIP ini tidak berada di area TMII. Masih 1 km menuju pintu 1 TMII sebelum Masjid At-Tin. Nah naik angkot di sini rasanya harus pakai uang pas ya? Karena supir bisa saja curang. Tarif biasa perorang 3000 nah lantaran duitnya 10.000 dia kasih kembalian 2000 alias satu orang 4000 padahal jaraknya tidak terlalu jauh. Yaa mungkin juga karena tanggal merah ya?!
Di bagian depan Taman Anggrek kita akan disambut hamparan parkiran yang memanjang dengan pohon Kamboja Bali namun menurutku kok masih berkesan terik yaa? Namun area parkir ini sangat luas mungkin bisa menampung 500 mobil. Nah bagi pengunjung biasa tidak ada pembayaran namun mobil dikenai tarif 3000 dan motor 2000.
tamananggrek01
Lorong menuju area bunga dan tanaman berbentuk gapura Bali dengan relief dari semen. Di sepanjang lorong itu dipasangi atap fiberglass dilapisi jaring dan saat berjalan di lorong itu persis berada di ruang sauna atau mungkin seolah kita jongkok di dekat wajan abang gorengan yang sangat panas banget. Di area ini dihiasi beberapa tempat sampah berbentuk kodok lagi mangap, asli nggak banged deh.
Sebagai orang yang kerap berada di lingkungan arsitektur dan disain interior sejujurnya aku penasaran siapa sih orang yang membuat disain Taman Anggrek? Sangat nggak bagus dan tidak nyaman.
tamananggrek02
Pertama lantai keramik ala DUFAN itu ya? Yang mengisi area lorong dari gerbang masuk. Kenapa nggak pakai batu alam? Atau koral sikat yang lebih back to nature. Lalu atap fiber yang membuat lorong itu jadi mesin sauna, harusnya bisa dengan jenis lain yang lebih memantulkan panas. Belum lagi bak sampah model kodok mangap itu! Serasa ini taman kanak-kanak. Tapi ini menurutku sih, mungkin secara umum ya sudah lumayan atau masih bisa diterima.
Di ujung lorong ada gedung Puspa Pesona Yang disewakan untuk berbagai acara termasuk pernikahan namun gedung serba guna ini tergolongbiasa dan tidak terlalu besar, namun cukup rapih.
Ada beberapa pertanyaan yang bendol ning ubun-ubunku soal disain yang sebutlah proyek berbau pemerintah. Mereka selalu ambil tema Jawa dan Bali (walau banyak detail indah dari Sabang sampai Marauke) dan hasilnya selalu katrok. Sebut saja Soekarno Hatta Airport dan juga Taman Anggrek Indonesia Permai. Sementara saat kita lihat tema yang sama yang dipakai untuk resort kok bisa tampil indah penuh selera? Kalau bicara biaya kita semua tahu lah proyek gini selalu nyebut nol banyak sing pating gelinding kae, mbuh ah!
tamananggrek03
Andai dibuat lebih nuansa alam dan cukup penghijauan (pohon) yang memadai, aku yakin ini tempat bisa ramai. Anggap saja jadi taman bunga walau sebenarnya ini tempat menjual bunga dengan anggrek mendominasi. Nggak masalah pengunjung dipungut biaya jadikan saja sebagai tempat alternatif wisata yang diminati dengan konsep taman atau hutan kota, it would be nice.
Di kiri kanan sudah ada LOT yang dipasangi pagar jaring yang masing-masing cukup luas. Semua ada 20 LOT. Dari 20 itu yang masih eksis tak lebih dari 10. Dari 10 yang paling ‘subur’ dan banyak menjual koleksi anggrek sekitar 3 tempat saja. Sisanya hidup segan mati tak mau dan yang sisa dari 10 itu kosong melompong. Dari lorong saat kita masuk letak yang paling komplit ada di bagian Kiri dan itu sebenarnya melingkar hingga akan berakhir di lorong yang tadi kita masuk (di sisi Kanan).
tamananggrek04
Menurut penjualnya walau nampak sepi namun setiap harinya selalu ada pembeli. Pelanggannya jelas menengah atas. Namun sering juga pengunjung yang datang hanya sekedar cuci mata dan mengagumi keindahan anggrek yang sejujurnya memang sangat cantik-cantik.
tamananggrek05
Jalan menuju LOT demi LOT tidak dilindungi pepohonan jadi sangatlah panas. Pohon yang ditanam seadanya kebanyakan cemara yang tumbuhnya tidak bagus, harusnya pengelola bisa memakai pohon pohon pelindung yang lebih baik. Bentuk bangunan yang secara umum lebih menyerupai aula-aula di Kelurahan itu tidak memberi kesan Taman Anggrek ini sebuah tempat yang indah. Hanya pagar utama saja yang dibuat bergaya Bali.
tamananggrek06
Semasa Ibu Tien masih hidup, tempat ini bisa dibilang subur, terawat dan komplit. Waktu itu anggrek yang ada di sini ya dari seluruh Nusantara. Belum lupakan? Kalau Bu Tien penggila anggrek. Nah sejak Bu Tien tiada, taman ini seperti tidak lagi terawat sesuai standart. Komplek penjualan tanaman Anggrek ini dikelola Yayasan Harapan Kita. Sungguh aneh tapi nyata Yayasan sebesar itu tidak sanggup mengelola Taman Anggrek menjadi lebih indah dan menjadi tujuan wisata dengan standart internasional dan promosi yang gencar, sungguh sebenarnya dengan adanya Taman Anggrek Indonesia Permai kita berkesempatan belajar tentang tumbuhan khususnya anggrek.
tamananggrek07
Saat memasuki ‘toko’ yang masih ‘hidup’, mata kita langsung disambut aneka jenis anggrek. Cantik-cantik sekali. Ingin rasanya memindahkan semua itu ke halaman rumah kita. Harga di sini mulai 35.000an hingga jutaan. Secara umum di kisaran 120.000 ke 250.000.
Anggrek ada dua sifat tumbuhnya, yang tahan matahari langsung dan yang butuh atap jaring demi menyaring matahari menjadi 40 – 50% saja. Yang tumbuh dengan cara hydroponik dan itu bisa disiram 2x seminggu dan harus terlindung dengan sinar matahari sekitar 40 – 50% tadi.
Aku memotret dengan camera pocket dan El memakai DSLR. Penjualnya ramah dan mengizinkan kami di situ sampai puas walau tidak membeli. Pedagang ini juga berkisah bahwa semasa Ibu Tien masih hidup sistim sewanya lebih ringan lalu perhatian pengelola akan taman ini sangat optimal. Kalau sekarang?? Silahkan dinilai sendiri saja.
tamananggrek08
Saat di area yang penuh bunga ini aku rasanya betah, malah sok ngebayangin duduk di bangku kayu sambil ngopi dan baca buku.
tamananggrek09
Tapi yang tadi sempet agak aku keluhkan itu bukan berarti buruk sekali lho, andai pengelola menanam pohon lebih semarak, menata taman taman publik di area TAIP hingga asri juga kolam ikan alami maka Taman Anggrek ini akan lebih pantas disebut TAMAN.
Melihat penjual tanaman di pinggir jalan let say di kawasan Senayan, kok sepertinya lebih segar dan hijau ya?? Well aku kan cuma sok tahu, tapi ya walau sok tahu aku tetep akan bilang Taman ini HARUS berubah tampilan dan jadikan saja tempat penampungan penjual tanaman pinggir jalan namun anggrek tetap menjadi dagangan utama, yakin deh malah banjir pengunjung.
tamananggrek10
Petugasnya ramah dan sopan, para pedagangnya juga sama. Itu sebuah nilai penting menurutku. Dan jangan ragu tawar menawar. Si pedagang masih agak ingat tampangku yang beberapa kali pernah belanja di sini dan kita terlihat obrolan ringan mengingat beberapa tahun lalu aku membeli sekitar 15 jenis anggrek hingga hampir 1,5 juta dan semua mati. Salah satunya anggrek hitam dari Irian. Si Pedagang tertawa dan dia memberi tips agar aku memperhatikan media tanam dan sesuaikan mana yang harus di bawah pelindung dan mana yang bebas terkena matahari.
Aku manggut-manggut sok paham padahal sih yaa gitu deh otakku blank alias pintar-pintar bodoh. Yang jelas saat mood lagi jelek, rasanya ‘kabur’ ke salah satu ‘LOT’ anggrek ini cukup bagus ya. Mata bisa dihibur aneka warna anggrek yang cantik sambil baca buku dan bawa bekal. Beli saja satu anggrek murah buat basa basi terus permisi numpang duduk sambil ngopi, yakin Pedagangnya mengizinkan apalagi kita berbagi kopi sama dia (aku pernah melakukan sekali tahun 2010 waktu aku depresi saat tahu Alm Mama aku pertama kali ketahuan kena Diabetes hingga 780).
tamananggrek11
Andai Taman Anggrek ini dikelola dan ditata sesuai standart suatu taman, wah yakin ini tempat paling mantab untuk dikunjungi. Boleh berbelanja anggrek atau sekedar cuci mata atau sebagai tempat yang indah untuk memperbaiki suasana hati yang lagi kacau.
2 jam di sana akhirnya aku dan El memutuskan pulang, suhu panas akibat fiberglass dan minimnya ‘taman’ di area publik membuat kami segan berlama-lama. Lagi pula ada segumpal kenangan saat aku berdiam di sini dengan membawa 3 cangkir, satu termos kopi, satu kotak sandwich dan sebuah buku, bermaksud lari dari kenyataan pahit bahwa Mama terserang gula dan berjalannya waktu aku bolak balik jadi warga RSPP selama 3 tahun hingga Mama tiada. Tapi aku sudah tidak sedih karena semua sudah takdir dan kelak saat aku harus kembali diam di sini …. itu bukan karena lari dari kenyataan namun karena aku memang ingin memanjakan mata dengan keindahan anggrek yang bermekaran.
Saat duduk di angkot kami melihat penjual tanaman di pinggir jalan di sekitar Halim dan kami berdua sepakat kalau di situ lebih ASRI. Apapun situasi di sana yang jelas bagi penggemar anggrek tempat itu sangat tepat untuk selalu dikunjungi, walau koleksi yang dulu ribuan jenis mungkin sekarang hanya seratusan sekian jenis saja.
Semoga ke depannya akan ada peremajaan dari Taman Anggrek Indonesia Permai yang sudah resmi dibuka oleh Pak Harto di tahun 1993, demi mengenang Alm Ibu Tien yang sangat mencintai anggrek. Dan entahlah, aku ingin memasang gambar terakhir ini untuk Alm Mama yang semasa hidup selalu bilang “Ih Mama suka anggrek warna itu deh”, Dan 10x dibeli artinya 10x mati karena kami memang tidak pandai merawat anggrek.
tamananggrek12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar