Cukup lelah perjalanan di lebaran
hari kedua dengan rute Giri Jaya-Cidahu, kupikir saatnya mencharge
tenaga di hari ketiga ini. Tapi ternyata, kenyataan berkata lain. Sore
hari, (21/8/2012) sekitar pukul 17.00 WIB kami berangkat ke pantai
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat dan memutuskan untuk menginap
semalam di sana.
Pantai pelabuhan Ratu mungkin dikenal
oleh sebagian orang adalah pantai yang mistis sekaligus penuh pesona.
Mistis karena terkenalnya Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan yang suka
warna Hijau. Ada salah satu hotel di Pantai Pelabuhan Ratu, Samudera
Beach Hotel, menyediakan khusus satu kamar untuk Ratu pantai Selatan
tersebut. Bahkan, karena kemistikannya itu, banyak yang “mengamankan
diri” dengan tidak menggunakan pakaian berwarna hijau di sana. Hal itu
dikarenakan warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Sehingga
orang yang menggunakan baju hijau akan tertarik ke laut dan hilang.
Percaya?
Terlepas dengan cerita mistisnya, Pantai
Pelabuhan Ratu adalah pantai yang patut kita kunjungi. Ada dua jalan
yang bisa kita lewati apabila mau ke pantai ini. Lewat jalur alternatif
Palimanan-Cikidang keluar di Citepus sudah langsung Pelabuhan Ratu atau
lewat jalan biasa yang ke Pelabuhan Ratu.
Kalau lewat jalur alternatif memang
lebih cepat tetapi tracknya berkelok-kelok 70 derajat. Pemandangan yang
disuguhkan pun adalah pemandangan pegunungan dengan perkebunan teh dan
kelapa sawit. Semakin mendekati pantai pelabuhan, akan disuguhkan hutan
lindung. Sejuk dan menyegarkan mata. bahkan ada beberapa mobil yang
sengaja berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau gelar tikar
makan siang di situ. Saran dariku jangan melewati jalur ini kalau belum
mahir menyetir dan pada malam hari, karena butuh ketelitian dan
konsentrasi tinggi.
Kalau jalan biasa ke Pelabuhan Ratu
memang lebih ramai. Tracknya pun tidak sesulit jalur Palimanan-Cikidang.
Akan tetapi wantu tempuhnya lebih panjang dari jalur alternatif
tersebut. Kalau kita suka banyak minum dalam perjalanan akan lebih aman
lewat jalan biasa karena lebih ramai dan banyak pom bensin ataupun
masjid-masjid di sekitar jalan tersebut. Pemandangan yang disuguhkan
tidak seindah jalur Palimanan-Cikidang.
Sebelum memasuki pantai, kita diwajibkan
untuk membayar biaya masuk dengan rincian, pejalan kaki Rp 3000,-,
motor Rp 8000,-, mobil sedan/jip Rp 20.000,-, sedangkan mini bus
dikenakan tarif Rp 30.000,-.
Sesampai di Pelabuhan Ratu, kami pun
mencari tempat penginapan di daerah Citepus. Sasaran utama kami adalah
dekat pantai dan bersih. Karena musim libur lebaran, penginapan pun
penuh disewakan. Bahkan ada yang tidur di gazebo atau pun membuat tenda
di pinggir pantai. Kami bersyukur karena kami masih bisa menemukan rumah
yang bisa disewa untuk kami sekedar tidur, makan daan bebersih. Harga
sewa rumah yang di dalamnya ada kamar mandi, dapur, satu kamar tidur,
ruang tamu beserta TV? Rp 300.000,- per malam.
Sekitar pukul 22.00, aku, sepupu serta
keponakan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Sekedar
ingin tahu suasana pantai Pelabuhan Ratu pada malam hari. Anginnya yang
berhembus cukup dingin sehingga ku memutuskan untuk menggunakan jaket
agar tidak terkena angin laut.
Suasana pantai yang cenderung
remang-remang, hanya mendapat cahaya sekedarnya dari warung-warung yang
berjualan di pinggir pantai, ada muda-mudi yang memadu kasih. Tetapi
lebih banyak pula yang memanfaatkan dengan bernyanyi-nyanyi ataupun
berani memutuskan untuk bermain air di pantai pada malam hari.
Lampu-lampu kapal nelayan yang tampak di kejauhan dan lampu mercusuar
menjadi pesona Pantai malam itu.
Pagi harinya, setelah sholat subuh,
pukul 05.30 WIB, kami langsung keluar menikmati udara Pantai Pelabuhan
yang nyaman. Tidak dingin dan tidak panas. Karena posisi pantai ini di
Selatan jadilah kita tidak bisa menikmati matahari terbit. Akan tetapi
tidak menyurutkan perasaan kami untuk bermain di pantai. Air yang dingin
tapi tidak berlebihan menjadi mainan air kami saat itu.
Lagi asyik-asyiknya bermain air di
pantai, ada pemandangan yang menyedihkan. Masih banyaknya orang-orang
yang membuang sampah di laut, membuat pantai sering meninggalkan jejak
sampah di pantai. Tidak hanya sampah plastik, tetapi juga sampah
sterofoam kapal-kapalan yang diterbangkan menggunakan benang pun kami
temukan. Jadilah kita bermain sambil membersihkan sampah dan menggulung
benang. Padahal sudah disediakan bolongan khusus untuk mengumpulkan
sampah.
Air laut Pelabuhan Ratu yang bening dan
menyegarkan membuat kami betah lama-lama bermain air. Kalau ingin
istirahat dulu setelah lelah bermain air dan ingin berjalan-jalan di
sekitar pinggir pantai, bisa menyewa kuda dengan tarif Rp 20.000,- per
jam.
Atau ingin tantangan lebih lagi, bisa
menyewa papan seluncur yang sudah di sediakan. Tapi bentuk papan
seluncurnya tidak seperyi papan seluncur pada umumnya. Lebih seperti
papan seluncur di Ancol untuk seluncuran di perosotan yang menurun.
Lalu bagaimana cara bermainnya? Kita bermain mengikuti arus ombak yang mengarah ke pantai.
Kalau baju kita terlanjur basah saking
senangnya bermain di pantai tapi tidak membawa baju ganti, ada
warung-warung yang menjual baju-baju mulai anak sampai dewasa dengan
harga paling murah Rp 20.000,- .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar